Silahkan Diskusi dengan Argumentasi, Jangan Sekadar Ejek-Ejekan

adab cari berdiskusi yang baik

Yang namanya perbedaan pendapat itu biasa. Apalagi persoalan politik dan agama.

Maka, kalau kita bertemu dengan seseorang yang berbeda pandangan politiknya dengan orang lain; yah silahkan saja 'duduk bareng' diskusi memaparkan pandangan masing-masing.

Barangkali bisa sekadar berbagi insight, tanpa harus memaksa lawan bicara untuk mengadopsi 100% pendapat kita.

Gitu aja..

Tidak perlu capek-capek maksa, bisa saja orang lain akan mengikuti kita; bila memang argumentasi kita kuat, data yang kita pegang akurat, bahkan dalilnya shahih, serta proses penggodokan dalilnya juga cemerlang.

Kalau seperti itu, normalnya justru orang akan dengan senang hati mengubah pandangannya. Nggak perlu dipaksa, dia akan dengan tulus ikhlas mengubahnya, jadi ngikuti kita.

Namun....

Namun, sayangnya, tidak sedikit ada orang yang membahas politik dan agama, tetapi saat dia menghadapi orang lain yang berbeda pendapat dengannya hingga ia tidak setuju; maka dia mencela orang lain tersebut. Minim bahkan minus argumentasi.

Bahkan malah membahas hal-hal yang di luar topik diskusi.

Seperti misalnya:
  • "Halah kamu cuma lulusan S1!"
  • "Halah kamu aja nggak lancar baca Kitab Kuning!"
  • "Ah kamu aja kalau datang janjian suka telat 15 menit!"
  • "Ah kamu kepalanya botak!"
  • "Ah kamu perutmu buncit!"
  • "Wajahmu mirip monyet!"
  • dan lain-lain sebagainya.

Hehehee... 🙂

Sayang aja sih...

Bukan apa-apa, saya pikir saya pribadi merasa enak sekiranya ada hal-hal yang selama ini saya yakini salah atau kurang tepat; kemudian ada alternatif lainnya yang lebih tepat bahkan yang benar. Implikasinya hidup saya jadi lebih enak. 🙂

Dan alhamdulillah sekiranya argumentasi yang lebih kuat kita diterima oleh orang lain, implikasinya bisa jadi 'investasi' pahala jariyah kan. 🙂

Terakhir... saya ingin berbagi nasehat, yang semoga dengan nasehat ini kita akan senantiasa berdiskusi pakai argumentasi, tidak pakai ejek-ejekan.

Saya jadi teringat dengan salah satu nasehat Ustadz Ismail Yusanto. Nasehat ini merupakan satu nasehat yang paling saya ingat.

Kurang-lebih beliau mengatakan:
“Yang penting orang itu paham. Soal setuju atau nggak setuju itu bisa jadi soal waktu. Bisa saja seseorang paham tapi tidak setuju, kemudian lamban laut nanti berubah jadi setuju. Yang penting dia paham.”
Ilustrasi: Pixabay.com

My Instagram