Nggak Usah Capek-Capek Dakwah, Tungguin Imam Mahdi Turun Saja Mengatasi Berbagai Kemunkaran?

Ilustrasi via Instagram @CintaBenderaIslam 
Pernahkah Anda menyaksikan ataupun mendengarkan seseorang yang dia membahas berbagai macam fakta masalah kemunkaran-kemunkaran seperti misalnya masalah kriminalitas, penjajahan, pajak, riba yang tersistem besar, pembantaian umat muslim, dan berbagai macam masalah besar lainnya; kemudian di akhir pembahasannya dia mengatakan kurang-lebih, "Yaa begitulah makanya nanti insya Allah Imam Mahdi dan Nabi Isa turun mengatasi itu semua!"

Kemudian ketika ada orang lain yang mengajak berdakwah untuk mengajak mengatasi kemungkaran-kemunkarang tersebut, dia tidak mau. Karena keyakinannya itu semua nanti diatasi oleh Imam Mahdi. Apalagi katanya cukup berdo'a saja.

Hmmm...

Atas dasar apa ya? 😅

Kalau kemunkarannya bersifat politik tidak perlu dicegah, melainkan tungguin turun imam Mahdi dan Nabi Isa aja, sementara kalau kemunkarannya bersifat masalah individual seperti meninggalkan sholat maka perlu dicegah? 😅

Kalau mau konsisten, seharusnya nggak usah ngajak orang sholat juga, tungguin aja imam Mahdi yang ngajak orang-orang pada sholat, hehehe.. 😅

Atau, seharusnya kemungkaran apapun yah tetap kudu diubah.
  • Baik itu pelanggaran syariat habluminallah (seperti sholat), 
  • syariat hablumminannafs (seperti berpakaian dan makan), 
  • juga syariat hablumminannas (seperti jual-beli, hubungan pria-wanita, APBN negara, kriminalitas, politik, dll). 🙂 
Sekiranya kita amati nash-nash yang membahas Imam Mahdi, maka perhatikanlah itu nash sifatnya khabar (pemberitaan), atau mengandung khitab (tuntutan)? Karena bersifat khabar, maka kita imani. Pada hal ini bukan dijadikan dasar hukum tidak perlu berdakwah karena nanti imam Mahdi saja yang berdakwah.

Dan sekiranya kita perhatikan pula nash-nash perintah berdakwah, maka tidak ada pengecualian kemungkaran apa yang tidak perlu dicegah.

Misalnya pada hadits "Man ra'a minkum munkaran", ini menunjukkan umum. "Man" itu siapa saja, dan "munkaran" di situ isim nakirah yang maknanya umum yah kemungkaran apa saja. 🙂
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.”

[HR. Muslim]
Maka dari itu, bila terjadi banyak kemunkaran seperti misalnya masalah kriminalitas, penjajahan, pajak, riba yang tersistem besar, pembantaian umat muslim, dan berbagai macam masalah besar lainnya; kita tetap harus berusaha mengatasinya.

Tentunya sesuai kapasitas dan kemampuan kita. Bisa dengan berbagai cara, tergantung faktanya seperti apa.
  • Bisa langsung menegur pelaku kemunkaran
  • Atau melalui perantara
  • Atau menghubungi pihak yang berwenang
  • Aksi turun ke jalan
  • Menulis artikel
  • Membicarakanya saat khutbah jum'at
  • Mengadakan seminar untuk membicarakannya
  • Menyinggungnya pada saat ngisi di tabligh akbar
  • Menyinggungnya pada saat mengajar di Sekolah atau Kampus
  • Diskusi santai dengan orang saat nongkrong
  • Membuat desain poster, kemudian di-post di socmed seperti instagram dan facebook
  • Bila Anda memiliki kekuasaan, bisa 'bermain' di kebijakan dan instruksi
  • Dan lain-lain..
Jadi jangan cuman membenci di hati doang, apalagi cuman nungguin imam Mahdi doang. Yah tetap berdakwahlah Bro! 😁

CMIIW, wallahu a'lam...

#YukNgaji: www.bit.ly/yukngaji

My Instagram