2 min Reading
Sebagai seoang musyrif, pementor, ataupun pemateri kajian, ada cara-cara dan etika tertentu yang harus Anda lakukan. Seorang pengajar ketika duduk di sebuah majelis harus terlebih dahulu bersuci, bersih, rapi, dan wangi serta memakai pakaian yang terbaik. Nah, berikut ini 11 cara & etikanya.
- Anda tidak boleh mengajar dalam keadaan lapar dan haus.
- Anda harus duduk di tempat yang dapat terlihat setiap peserta.
- Jika pelajarannya banyak maka harus didahulukan yang paling urgen (asyraf), kemudian yang paling penting (ahamm) dan seterusnya, seperti mendahulukan al-Qur’an lalu al-hadits, kemudian ushuluddin dan seterusnya.
- Tidak berpindah dari satu masalah ke masalah yang lain kecuali jika telah usai satu masalah tersebut dan setelah memahaminya.
- Islam melarang adanya seorang pelajar yang buruk etikanya (dalam mengikuti pelajaran). Dan hendaknya ada seorang naqiib atau ‘ariif (semacam ketua kelas) dari kalangan pelajar—yang bertugas merapikan para peserta yang hadir—sesuai dengan kedudukannya.
- Pengajar mendengar berbagai pertanyaan para pelajar dan memberikan jawab mengenai hal-hal yang diketahuinya. Mengenai hal yang tidak atau belum diketahuinya, ia harus mengatakan “Saya tidak tahu” atau “Saya tidak mengerti”.
- Pengajar hendaknya mencintai pelajar seperti mencintai dirinya sendiri.
- Melakukan ulangan-ulangan di sebagian waktu tertentu untuk mengecek hafalan dan menguji daya ingat para pelajar terhadap apa yang pernah diajarkan.
- Tidak boleh terlihat adanya pengutamaan sebagian pelajar atas sebagian yang lain dalam hal perhatian ataupun pemberian beban.
- Pengajar harus bersifat tawaadhu’.
- Dalam memberikan teguran kepada pelajar-pelajar yang nakal hendaknya ada tahapan-tahapan, mulai dari dengan cara yang lembut hingga yang keras. Jika tidak ada pengaruhnya maka dia dikeluarkan dari kelompok tersebut.
