Penyebab Masalah Itu Bisa Karena Faktor Internal (Individu) dan Eksternal (Politik). Jangan Norak Mendikotominya

Penyebab Masalah Itu Bisa Karena Faktor Internal (Individu) dan Eksternal (Politik). Jangan Kemaruk Mendikotominya


Iya, faktanya penyebab masalah itu bisa karena faktor internal, bisa karena faktor eksternal.

Saya merasa aneh, ntah kenapa ada sebagian orang yang sepertinya terlalu norak hanya menganggap bahwa yang menjadi masalah besarnya adalah selalu pihak luar, bukan diri sendiri. Dia selalu menyalahkan pemerintah, tanpa mau evaluasi dirinya sendiri.

Aneh pula, ada pula yang norak menganggap bahwa yang menjadi masalah besarnya adalah hanya diri sendiri saja, tidak perlu membahas pihak luar. Sehingga dia menjadi apolitis. Baginya, mau pemerintah begimanapun nggak akan ada ngaruh apa-apa bagi hidupnya.

Ntah kenapa mereka norak seperti itu. Mungkin sebagiannya terbiasa manja, mungkin juga sebagiannya korban seminar motivasi, atau kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Maka dari itu, saya ingin coba memaparkan secara holistik apa adanya bahwa penyebab masalah itu bisa karena faktor internal, bisa juga karena faktor eksternal.

Berikut ini saya akan coba memaparkan contoh masalahnya.

Ada seseorang yang ekonominya sulit, miskin harta. Kok bisa? Karena apa? Tentunya itu karena Allah. Soal iman, clear. Sekarang, yang kita bahas adalah lingkaran yang kita kuasai, yakni ikhtiar. Nah, kenapa bisa, bisa karena faktor internal, bisa karena faktor eksternal.

Misal faktor internalnya; dia memang pemalas, sering telat janji, nggak jujur, ada tenaga dan waktu kalau buat hiburan dan main-main tapi banyak alasan nggak punya tenaga dan waktu kalau buat belajar dan kerja, dan sebagainya.

Apabila dia seperti itu, tidak heran akhirnya susah cari uang. Orang lain pun males dan ragu buat ngasih proyek ke dia.

Kalau seandainya dia lalai begitu sebanyak dua atau tiga atau empat kali mungkin masih wajar. Tapi kalau kesalahannya tersebut diulangi terus sampai sepuluh kali, bahkan dua puluh kali, maka tidak heran tabiatnya yang seperti itulah yang bikin dia susah cari uang.

Maka kalau dia mau permasalahannya kelar, dia harus mengubah tabiatnya.

Nah, itulah, faktor internal.

Tapi, ada juga orang yang susah cari uang, karena problemnya di faktor eksternal. Kalau soal kredibilitasnya jangan ditanya, dia senantiasa kerja keras, handal, jujur, bertanggungjawab, dan sebagainya. Namun, dia tetap sering merasa stress mikirin:
  • Tagihan listrik
  • Tagihan air
  • Biaya istri bersalin
  • SPP Sekolah/Kuliah
  • Bahan bakar kendaraan
  • Sembako yang demikian mahal
  • Pajak yang banyak macam-macamnya
  • Sedikitnya lapangan pekerjaan yang gajinya mampu memenuhi kebutuhan
  • PHK mendadak
  • Dan sebagainya..
Kesulitannya orang tersebut tidak lepas dari rezim dan sistem yang sangat kapitalistik. 
  • SDA yang seharusnya lumayan cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyat, tapi rakyat malah hanya dapat secuil nyaris tak ada. Sedangkan pengusaha asing dapat banyak.
  • Belum lagi soal alat tukar uang kertas yang tak punya back up emas yang kemudian dimainkan di sektor non-riil, maka akan sangat mudah menyebabkan krisis.
  • Belum lagi budaya hedonisme yang terlestari, dan tak lepas dari didikan entertainment televisi dan kurangnya pendidikan Islam, sehingga membuat orang-orang menjadikan keinginan sebagai kebutuhan.
  • Dan masih banyak lagi...
Padahal orang-orang yang stress mikirin biaya hidup itu bukannya pemalas semua. Kalau ditanya soal kerja keras, kurang kerja keras apa coba sebagian dari mereka? Mereka sudah banting tulang peras keringat, ganti banting keringat peras tulang, tapi tetap aja masih susah juga keperluannya terpenuhi.

Nah, itulah, faktor eskternal.

Jadi, masalahnya bisa karena faktor internal, bisa juga karena faktor eksternal. Please melek dan proporsional lah, jangan katrok dan norak hanya memandang salah satunya saja.

Banyak lagi hal yang seperti itu. Misalnya:
  • Tumbuhnya jerawat. Bisa karena hormon dalam tubuh, bisa juga karena polusi dari luar.
  • Masyarakat yang awam banget dengan ilmu Islam. Bisa jadi karena memang dia malas, dia sendiri yang menolak ketika ada yang berdakwah mengajaknya. Bisa jadi juga karena sistem Pendidikan yang sekulerisme yang tak membahas hakikat manusia berasal dari Allah, akan kembali ke Allah, dan tujuan hidupnya adalah bertaqwa kepada Allah Swt. Belum lagi propaganda terorisme dan radikalisme yang membuat orang justru jadi phobi pada Islam. Dan masih banyak faktor lainnya.
  • Perzinaan. Bisa jadi karena memang bejatnya individu-individu. Namun bisa jadi juga karena kurangnya pendidikan Islam. Apalagi kabarnya website porno masih banyak yang bisa diakses, sementara malah website Islami dengan mudahnya diblokir. Tak adanya sanksi hukum pada wanita yang menampakkan aurat dan tayangan film alay tumbuh subur pun turut memicu syahwat mudah naik, sementara nikah dini dipersulit. Dan masih banyak faktor lainnya.
  • Dan masih banyak contoh-contoh lainnya...

Kesimpulannya

Iya, begitulah.. 

Jadi, masalah itu bisa karena faktor internal, bisa juga karena faktor eksternal. Please melek dan proporsional lah, jangan katrok dan norak hanya memandang salah satunya saja.

Jangan pelihara mental excuse, sering menyalahkan pihak luar, namun sama sekali tak mau evaluasi diri sendiri.

Jangan juga jadi egois dan apolitis, telah nyata kemungkaran malah diam saja, katanya pemerintah begimanapun nggak ngaruhnya dengan hidupnya, padahal sejatinya itu egois asal keluarga sendiri selamat.

Wallahua'lam...

Sumber ilustrasi gambar: Pixabay.com

My Instagram