3 Ciri Komentar Cerdas (Proporsional), Bandingkan dengan Komentar Bodoh (Geje)

3 Ciri Komentar Cerdas (Proporsional), Bandingkan dengan Komentar Bodoh (Geje)

Apa Anda pernah dituduh orang? Difitnah gitu? Mereka mengomentari bahwa Anda itu pendengki, dzalim, cinta dunia, sesat, bid'ah, syiah, khawarij, wahabi, 'ashabiyah, dan lain sebagainya? Padahal Anda merasa, bahwa nyatanya Anda tidaklah begitu?

Anda jangan langsung marah. Karena bisa jadi orang yang berkomentar itu benar, bisa jadi juga salah.

Lalu, bagaimana caranya biar bisa tahu, bahwa dia itu memang benar, atau salah? Tidak lain dan tidak bukan, yang benar adalah yang cerdas (proporsional) berkomentar. Sedangkan yang salah, adalah yang bodoh (geje) berkomentar.

Nah, terus, apa ciri-ciri komentar yang cerdas itu? Dan apa ciri-ciri yang bodoh itu?

Berikut ini adalah 3 langkah bagaimana orang cerdas berkomentar. Jika sengaja tidak seperti ini, berarti termasuk komentar bodoh.
  1. Mendalami fakta, sedalam-dalamnya
  2. Memahami istilah yang hendak dilontarkan pada fakta, definisinya apa, mencakup apa saja dan terbatas pada apa
  3. Sinkronisasi antara fakta itu dengan istilah tersebut
Mari kita bahas satu per satu..

#1. Mendalami fakta, sedalam-dalamnya

Ciri komentar yang cerdas adalah, mendalami dulu fakta yang hendak ia komentari. Jangan sampai menghukumi sesuatu, hanya berdasarkan gosip, prasangka, dikte, dogma, dan sebagainya.
  • Bila Anda ingin menghukumi BPJS, maka Anda harus dalami fakta BPJS itu, sedalam-dalamnya. Bahkan bila Anda diminta menjelaskan, apa itu BPJS? Maka pihak BPJS pun mengkonfirmasi, iya betul begitulah fakta BPJS.
  • Bila Anda ingin mengkritisi suatu Perusahaan, maka Anda harus dalami fakta Perusahaan itu, sedalam-dalamnya. Bahkan bila Anda diminta menjelaskan, skema model Perusahaan itu, maka pihak Perusahaan itu pun mengkonfirmasi, iya betul begitulah fakta skema model Perusahaan itu.
  • Bila Anda ingin mengkritisi suatu harakah Islam, maka Anda harus dalami fakta harakah Islam itu, sedalam-dalamnya. Bahkan bila Anda diminta menjelaskan, bagaimana konsep harakah Islam itu, maka pihak harakah Islam itu pun mengkonfirmasi, iya betul begitulah fakta harakah Islam itu.
Yah, dalami faktanya, sedalam-dalamnya. Jangan hanya dari katanya-katanya-katanya, apalagi sumber nggak jelas dari media anonim, yang tak bertanggung jawab, tidak ada kontaknya, tidak bisa dijumpai di dunia nyata.

Mendalami fakta, sedalam-dalamnya
Tentunya, setiap proses pendalaman fakta pun ada macam-macam kualitas tingkatan kedalamannya. Misalnya:
  • Bedalah kualitas pendalaman fakta antara membaca tulisan saja, dengan langsung hadir di TKP fakta.
  • Beda pulalah kualitas pendalaman fakta dari baca media berita tentang seseorang, dengan langsung mendatangi orangnya untuk mengklarifikasi.
  • Beda pulalah kualitas pendalaman fakta yang dilakukan oleh orang yang memang latar belakangnya (misal, pendidikan) berkaitan erat dengan fakta yang didalaminya, dengan oleh orang yang latar belakangnya tidak ada hubungannya (atau kurang berkaitan erat) dengan fakta yang didalaminya.
  • Dan lain-lain kualitas tingkat kedalaman lainnya.
Semakin didalami suatu faktaa, semakin bagus. Sehingga bisa memberikan komentar yang tepat, tidak miss

Begitulah salah satu ciri orang cerdas berkomentar.

Kalau orang bodoh, dia tidak mau mendalami fakta. Kalau pun mendalami fakta, kualitasnya rendah. Kurang dalam. Sehingga penilaiannya miss, lalu jadilah fitnah.

#2. Memahami istilah yang hendak dilontarkan pada fakta, definisinya apa, mencakup apa saja dan terbatas pada apa

Memahami istilah yang hendak dilontarkan pada fakta, definisinya apa, mencakup apa saja dan terbatas pada apa
Satu lagi ciri komentar cerdas, selain ia dalami fakta yang hendak ia nilai, ia komentari, ia hukumi; ia juga siap untuk menjelaskan istilah yang ia gunakan pada fakta tersebut. Karena memang ia paham definisi dari istilah itu, mencakup apa saja, dan terbatas apa saja.
  • Kalau mengatakan money game, maka dia siap menjelaskan apa itu money game.
  • Kalau mengatakan bid'ah, maka dia siap menjelaskan apa itu bid'ah.
  • Kalau mengatakan cinta dunia, maka dia siap menjelaskan poin-poin standart cinta dunia.
  • Kalau mengatakan haram, maka dia siap menjelaskan fakta mana yang haram, apa dasarnya, apa dalilnya.
  • Kalau mengatakan syiah, khawarij, wahabi, maka dia siap menjelaskan apa itu syiah, khawarij, wahabi.
Yah, begitulah. Jangan sampai kita ngomongin sesuatu, tapi kita tidak tahu, definisinya apa. Padahal, zaman sekarang itu banyak perdebatan, yang seharusnya tidak perlu diperdebatkan, bila berangkat dari membahas definisi. Dan definisi itu pun harus jelas, mencakup apa saja, dan terbatas pada apa. Begitulah ciri komentar cerdas.

Bila ada orang yang menilai suatu fakta dengan suatu istilah, namun ketika ditanya, "Emang definisi istilah itu apa..?", kemudian dia malah tak bisa menjawabnya, itulah ciri komentar yang bodoh.

#3. Sinkronisasi fakta itu dengan istilah tersebut

Tentunya, yang nggak kalah penting, ciri komentar cerdas itu adalah sinkronnya antara fakta yang hendak dihukumi, dengan istilah yang menghukumi.

Kalau ada orang yang sok mengomentari suatu fakta, dengan suatu istilah, namun ternyata nggak nyambung, maka itu termasuk komentar bodoh.

Nah, begitulah...

Semoga dengan begitu, Anda jadi paham, mana komentar cerdas, mana komentar bodoh. Baik ketika Anda dikomentari, maupun ketika Anda hendak berkomentar.

Harapannya, paling tidak, maaf, jangan Anda yang menjadi komentator bodoh. Karena di luar sana, begitu banyak komentar bodoh. Ntah itu karena ia tak mendalami fakta, tak paham istilah yang ia gaungkan, bahkan tak nyambung.

Misalnya, ada yang bilang, bahwa adalah salah tatkala orang mengajarkan ekonomi Islam, namun lalai mengajarkan tauhid. Pertanyaannya, siapa yang lalai mengajarkan tauhid? Padahal, faktanya, orang itu memang mengajarkan tauhid di awal keleess, barulah mengajarkan ekonomi.

Tidak terkecuali saya dulu.. Saya dapat kabar dari teman saya, teman saya bilang bahwa si A itu sesat. Kemudian, saya pun menyebarkan kabar itu ke orang-orang. Saya katakan, "Si A sesat!" Tak lama kemudian, ada orang bertanya, "Kenapa sesat?" Langsunglah saya terdiam.

Akhirnya, saya coba dalami fakta si A tersebut. Anehnya, ketika beberapa saat saya simak, ternyata tidak ada satu pun yang sesat darinya. Kemudian, saya coba dalami fakta lainnya lagi, tentang si A itu. Tetap saja, saya tidak menemui hal yang sesat padanya. Terus saya dalami lagi, ternyata belum ketemu juga.

Akhirnya, menyesallah saya.. ternyata tuduhan sesat tersebut tak sesuai fakta..

Tentunya, lain ceritanya bila kita berusaha sekuat tenaga mendalami fakta, memahami istilah, kemudian berkomentar; namun ternyata terjadi miss. Ntah itu mungkin faktanya kurang kita dalami lebih dalam lagi, refrensi kurang akurat, ternyata pemahaman istilah belum begitu clear, dan sebagainya. Karena yang cerdas itu yang berusaha. Sedangkan yang bodoh itu yang latah, nggak mau berusaha, atau malas berusaha, atau usahanya minim sekali.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

[QS. Al-Hujurat: 6]
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

Sabda Nabi saw., “Akan datang kepada kalian masa yang penuh dengan tipudaya; ketika orang-orang akan mempercayai kebohongan dan mendustakan kebenaran. Mereka mempercayai para pengkhianat dan tidak mempercayai para pembawa kebenaran. Pada masa itu, ruwaibidhah akan berbicara.” Mereka bertanya, “Apakah itu ruwaibidhah?” Rasulullah berkata, “Ruwaibidhah adalah orang-orang bodoh (yang berbicara) tentang urusan umat.”

[HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra.]

Kesimpulannya

Ingatkan pada diri Anda sendiri dan orang lain, bahwa ciri komentar yang cerdas itu:
  1. Mendalami fakta, sedalam-dalamnya
  2. Memahami istilah yang hendak dilontarkan pada fakta, definisinya apa, mencakup apa saja dan terbatas pada apa
  3. Sinkronisasi antara fakta itu dengan istilah tersebut
Sedangkan ciri komentar yang bodoh, adalah yang malas memperhatikan 3 hal di atas.

Wallahua'lam bishshawab..

Catatan: ngomong-ngomong, maksud saya kata "cerdas" di artikel ini adalah proporsional. Dan maksud saya kata "bodoh" di artikel ini adalah geje, nggak jelas. Tentunya, satu-satunya komentar yang baik dan benar adalah, komentar yang berdasarkan Al-Qur'an dan assunnah. Cinta dan benci karena Allah.

My Instagram