13 min Reading
Pembahasan pada artikel ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya "Panduan Dasar Cara Mendapatkan Kebenaran yang Pasti". Maka dari itu, pastikan Anda telah selesai membaca dan memahami pembahasan di artikel sebelumnya tersebut. Kalau tidak, niscaya Anda tak akan nyambung dengan apa-apa yang ada di artikel ini.
Pada artikel ini, kita akan mencoba mengetahui hal-hal yang tak terlihat. Seperti halnya:
- Apa yang ada di dalam sebuah kardus? Apa mungkin ada bomnya? Atau ada anak kucing? Atau?
- Apa yang ada di luar Rumah? Apa ada mobil? Atau ada pengamen? Atau?
- Apa yang ada di bawah tanah? Apa ada kecoak? Atau ada kapal selam nyangkut? Atau?
- Apa yang ada di bawah lautan? Apa ada tambang emas? Atau ada Bikini Bottom? Atau?
- Apa yang ada di balik langit? Apa ada Ultraman? Atau ada misil? Atau?
- Apa yang ada di sekeliling monas pagi ini? Apa ada abang tukang jual bakso? Atau ada dedek bayi lari-lari? Atau?
- Termasuk, apa Tuhan itu ada?

Kegiatan-kegiatan mencari kebenaran ghaib seperti ini, kita sebut istilahnya adalah: pemikiran kelas menengah. Kalau kegiatan mencari kebenaran langsung yang kita bahas di artikel sebelumnya, kita sebut istilahnya adalah: pemikiran kelas dasar.
Kalau pemikiran kelas atas ada nggak? Ada. Sedikit bocoran, insya Allah itu kita bahas di artikel selanjutnya nanti. Hehehe!
Baiklah, kita mulai saja..
Apa itu Ghaib?
Seperti biasa, untuk membahas sesuatu, enaknya kita berangkat dari definisi dulu. Nah, untuk bisa memikirkan hal yang ghaib, pertama-tama kita harus tahu dulu, apa itu ghaib?
Kata Ghaib itu berasal dari bahasa Arab. غيب. Yang artinya, tidak terindera. Termasuk, tidak terlihat, tidak terasa, tidak terdengar, dan tidak terhirup.
Sayangnya, zaman sekarang tak sedikit orang-orang Indonesia yang salah sangka dengan defenisi ghaib ini. Ma’lumat assabiqah orang-orang Indonesia tentang ghaib itu, adalah hal-hal mistik, hal-hal yang berhubungan dengan hantu, setan, dan makhluk-makhluk halus lainnya.
Sejatinya, berikut ini 3 ciri hal-hal yang ghaib:
1. Sesuatu yang Tersembunyi, Terhalang, Dan Sebagainya
Saya teringat dengan salah seorang guru Bahasa Arab saya ketika SMP. Beliau ini lulusan Al-Azhar University, Kairo-Mesir. Beliau pernah cerita ke kami. Katanya, kan kalau di Indonesia ini, di Sekolah ataupun Kampus, ketika ada siswa yang nggak hadir, maka dikatakan dia itu “absen”. Nah, kalau di Negeri-Negeri berbahasa Arab, siswa yang nggak hadir itu dikatakan “ghaib”. Hehehe!
Dengan kata lain, orang yang tidak terlihat, disebut ghaib. Misalnya lagi, sekarang nih saya lagi ngobrol dengan Anda via blog ini. Kita ngobrol, tapi Anda nggak bisa melihat rupa diri saya. Berarti sekarang saya ini makhluk ghaib. Hehehe! Eits, Anda juga loh, makhluk ghaib! Sesama makhluk ghaib dilarang menertawakan! Hehehe!
Dengan kata lain, orang yang tidak terlihat, disebut ghaib. Misalnya lagi, sekarang nih saya lagi ngobrol dengan Anda via blog ini. Kita ngobrol, tapi Anda nggak bisa melihat rupa diri saya. Berarti sekarang saya ini makhluk ghaib. Hehehe! Eits, Anda juga loh, makhluk ghaib! Sesama makhluk ghaib dilarang menertawakan! Hehehe!
Contoh lainnya, seperti yang disebutkan di pertanyaan-pertanyaan di awal tadi. Hal yang ada di dalam kardus, di balik dinding, di bawah tanah, dan lain-lainnya. Makanya, untuk memastikan keberadaan hal-hal yang ghaib tersebut, kita memerlukan skill pemikiran kelas menengah yang akan kita bahas nanti.
2. Sesuatu di Masa Lalu
Yang tenses-nya past tense, itu termasuk ghaib. Anda lahir dimana? Ghaib tuh. Anda dilahirkan siapa? Ghaib juga tuh. Sama juga, untuk mengetahuinya, kita harus memerlukan pemikiran kelas menengah.
3. Sesuatu di Masa Depan
- Anda bakal lulus tes masuk PTN atau nggak?
- Anda bakal lulus kuliah 4 tahun atau 7 tahun?
- Anda besok tetap bakal kerja di Perusahaan tersebut, atau tiba-tiba di-PHK?
- Anda omzet bisnisnya bakal meningkat, atau turun, atau bangkrut?
- Anda bakal nikah atau membujang selamanya?
- Anda bakal mati khusnul khatimah atau su’ul khatimah?
Itu semua jelas-jelas ghaib. Karena, belum terjadi. Anda jangan terlalu percaya dan yakin akan semua hal-hal ghaib tersebut, apalagi Anda belum memiliki skill pemikiran kelas menengah yang akan kita bahas ini.
Sekarang, saatnya kita bahas. Bagaimana mengetahui kebenaran ataupun kesalahan hal-hal ghaib tersebut?

Kalau ada bukti, barulah Anda bisa berfikir kelas menengah. Kalau tidak ada, berarti Anda tidak berfikir. Yang ada malah mengkhayal nanti. Jadinya berujung pada penggunaan perasaan.
Kalau hal ghaib dibenarkan tanpa ada bukti, jadinya aneh nanti. Misal, kalau Anda perhatiin, kan selama ini tanggal 25 Desember itu katanya harus memperingati kelahiran Yesus. Hmm.. Masak iya? Buktinya apa? Buktinya apa Yesus lahir tanggal 25 Desember? Padahal, kan itu saat-saat akhir dalam kalender Masehi. Awal masehi itu kan tanggal 1 Januari. Harusnya, yang dirayakan itu tangggal 1 Januari dong, bukan 25 Desember.
Terus, kalau memang 25 Desember, berarti lahirnya tahun berapa? Apakah tahun 1? Atau tahun 0?
Sudah begitu.. Coba lihat.. Biasanya hari Natal diidentikkan dengan pohon cemara. Hm, emangnya, Yesus lahir dimana? Bukannya di Palestina kan? Iyaa, di Palestina. Tapi, emangnya di Palestina ada pohon cemara? Mana ada sama sekali. Cobalah Anda jelajahi Palestina, nggak akan ketemu pohon cemara. Jadi, sebetulnya apa buktinya kenapa harus pakai pohon cemara?

Sudah begitu, digambarkan pula rambut Yesus itu pirang. Padahal, Yesus kan orang Palestina. Mana ada rambut orang Palestina pirang. Itu niat jadi Yesus apa nggak sih?
Ketika ada yang meminta kita mempercayai hal-hal ghaib seperti itu, namun tidak dibarengi dengan bukti, jadilah namanya dogma. Sedangkan manusia itu tidak cocok dengan yang namanya dogma. Karena memang sifat dogma itu senantiasa bertentangan dengan akal, merisihkan jiwa, dan tak sesuai dengan fitrah manusia.
Begitulah, ketika ada pernyataan, Anda baru bisa menilainya kalau Anda punya bukti. Pertanyaannya.. gimana caranya supaya kita bisa dapat bukti? Nah, agar Anda bisa mendapatkan bukti, Anda harus menggunakan skill berfikir kelas dasar yang udah kita bahas di artikel sebelumnya. Dengan kata lain, harus dari sesuatu yang dapat diindera secara langsung. Kalau nggak diindera secara langsung, berarti nggak bisa dijadikan bukti.
Setelah mendapatkan bukti, selanjutnya, yang harus kita lakukan adalah menilai pernyataan tersebut dengan salah satu dari tiga hukum akal. Berikut ini 3 hukum akal:
- Kalau cuman ada 1 pilihan yang bisa dibenarkan, maka kita menilainya itu pasti benar (wajib aqli).
- Kalau ada lebih dari 1 pilihan yang bisa dibenarkan, maka kita menilainya itu mungkin benar plus mungkin salah (jaiz aqli).
- Kalau nggak ada pilihan yang bisa dipakai untuk membenarkan, maka kita menilainya itu pasti salah (mustahil aqli).
Misalnya nih, Anda dan saya lagi nginap di Hotel. Saya sendirian lagi di kamar saya. Anda juga lagi sendirian di kamar Anda. Tiba-tiba, ada OB yang menyuguhkan sebuah pernyataan ke Anda, “Eh, di Kamar sebelah.. Kamar si Dani.. ada anak kucing loh!” Ghaib tuh, kan Anda nggak bisa melihat kamar saya. Penglihatan Anda ditutupi dengan tembok. Nah, pernyataan si OB tersebut, nilainya apa?
- Apakah pasti benar?
- Atau, mungkin benar-mungkin salah?
- Atau, pasti salah?
Eits, jangan asal menilai. Kalau Anda mau menilai, Anda harus mengatakan nilainya apa, terus dibarengi dengan bukti. Ngomongnya pakai kata “karena..”, "soalnya..", "buktinya..". Misalnya:
- “Pasti benar! Karena si Dani suka kucing.. Jadi sampai dibawa-bawanya..”
- Atau “Mungkin benar, mungkin salah! Karena katanya kemarin kucingnya si Dani mau dibuang.. Tapi nggak tahu ntah jadi ntah nggak.. Soalnya uda 10 kali dia bilang gitu, tapi nggak dibuang-buangnya juga..”
- Atau ”Pasti salah! Karena kucing si Dani kayaknya udah mau wafat..”
Nggak bisa Anda cuman pakai perasaan, “Pasti benar! Pokoknya ada!”, “Pasti salah! Pokoknya nggak ada!” itu namanya nggak berfikir. Kan ini persoalan yang ghaib, yang dipertaruhkan itu adalah BUKTInya apa. Anda mau bilang apapun itu, BUKTInya apa.
Nah, tiba-tiba, Anda dengar suara “Meooong..”. Jadinya, Anda dapat deh buktinya. Kalau sudah punya bukti, selanjutnya menilai pernyataan sang OB tadi, apakah pasti benar/mungkin benar/pasti salah, sambil menyatakan bukti tersebut.
Yasudah, kalau Anda sudah punya bukti ada suara “Meooong..”, kira-kira, apa nilai pernyataan si OB tadi “Eh, di Kamar sebelah.. Kamar si Dani.. ada anak kucing loh!”? Ternyata, Anda menjawab, nilainya adalah: mungkin benar. Sebab, ada lebih dari 1 pilihan yang bisa dibenarkan.
- Suara “meooong..” itu mungkin memang suara anak kucing.
- Suara “meooong..” itu mungkin suara dari laptop si Dani.
- Suara “meooong..” itu mungkin suara si OB tadi.
- Dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Yaps, dengan peninjauan bukti itu, bisalah kita deklarasikan nilai dari ghaibnya pernyataan si OB tadi, “Eh, di Kamar sebelah.. Kamar si Dani.. ada anak kucing loh!” adalah: mungkin benar.
![]() |
Pilih Nilai Mungkin Benar |
Sekarang, kita coba bahas contoh lainnya..
Ada orang yang bilang ke Anda, “Eh, tadi malam.. di depan Rumah Kamu.. ada kuda yang lewat loh!”. Pernyataan tersebut termasuk ghaib juga. Karena, Anda nggak melihatnya langsung, sudah termasuk masa lalu pula lagi. Kalau gitu, nilai ghaibnya pernyataan tersebut apa? Apakah pasti benar? Atau, mungkin benar? Atau, pasti salah? Kemudian, buktinya apa?
Lalu, kita cobalah ke luar Rumah, lihat di depan teras. Apakah ada bukti yang bisa diindera? Ternyata, ada beberapa kayak bekas telapak kaki kuda gitu. Hmmm.. kalau gitu.. apa “tadi malam ada kuda lewat” itu pasti benar? Mungkin benar? Atau pasti salah?
Nilainya adalah: mungkin benar. Karena, ada lebih dari 1 pilihan yang bisa dibenarkan:
- Mungkin memang ada kuda yang lewat
- Mungkin ada orang yang lewat, pakai sepatu yang modelnya kayak sepatu kuda
- Mungkin ada anak-anak yang main-mainin sepatu kuda yang dia dapat dari kuda, terus dia memukul-mukul jalanan dengan sepatu kuda tersebut
- Mungkin itu distempel
- Mungkin itu digambar pakai pensil
Hehehe! Silahkan Anda tertawa, tapi itu semua tetap mungkin ya! Meski nampaknya nggak ada kerjaan banget yang gambar-gambar itu, hehehe! Ntah itu kemungkinan besar atau kemungkinan kecil, tetep aja namanya mungkin. Ntah itu mungkin 90%, mungkin 50%, mungkin 1%, ataupun mungkin 0,01%, tetep aja dikatakan: mungkin. Meskipun hampir mustahil, ataupun hampir niscaya.
Sekarang.. coba, Anda buat sebuah pernyataan yang pasti benar dari penyataan “Eh, tadi malam.. di depan Rumah Kamu.. ada kuda yang lewat loh!” tersebut. Bisa? Silahkan, coba buat, apa pernyataan yang pasti benar, dari sesuatu yang sudah lampau tersebut.
Tentunya, nanti pernyataan pasti benar yang akan Anda buat, harus bisa dibenarkan 100% juga oleh semua manusia. Apapun suku manusia itu, apapun asal manusia itu, apapun agama manusia itu. Nggak boleh ada satu pun manusia yang nggak membenarkan pernyataan pasti benar yang akan Anda buat nanti.
Gimana? Bisa nggak Anda? Silahkan Anda cari dulu.. Saya tunggu Anda di paragraf bawah. Kalau Anda nggak bisa jawab juga, nanti saya jawab di paragraf bawah. Sambil menuju paragraf bawah, silahkan coba Anda pikirin dulu apa pernyataan yang pastinya…
……
…
….
…
….
..
.
….
….
……
..
…..
..
…….
.
..
.
…..
..
…
.
..
…
……
.
.
….
….
..
….
Gimana? Udah ketemu belum?
Belum? Teruslah mencari! Hehehe!
..
..
….
..
….
……
…
….
…
….
..
.
….
….
……
……
…
….
…
….
..
.
….
….
……
.
….
….
..
….
.
.
..
..
….
..
….
….
..
…
..
…
..
Ada yang bilang, kalau ternyata ada hasil rekaman CCTV-nya, ada kuda yang lewat! Hmm, apakah pasti bener tuh? Belum tentu. Bisa jadi itu videonya udah diedit. Hehehe! Ayo, cari lagi!
..
…
…
…
..
.
….
….
..
….
.
.
..
..
….
..
….
….
..
…
..
…
..
Ada yang nyeplos, “Itu ada kudanya kelihatan tuh disitu..”. Mana ada. Kalau ada, itu namanya pemikiran kelas dasar yang kita bahas kemarin. Yakni, kebenaran langsung. Sekarang kan kita lagi bahas kebenaran yang ghaib. Hehehe.. Ayo, coba cari lagi!
..
…
…
…
..
.
….
….
..
….
.
.
..
..
….
..
….
….
..
…
..
…
..
Ada yang bilang, itu ada orang yang sumpah, “Demi Tuhan! Kemarin saya ngelihat ada kuda disitu!” Ah, bener tuh dia? Tuhan apa? Nanti bohong? Masak nggak pernah bohong? Emangnya Nabi! Meski pun yang ngomong itu Nabilah JKT48. Apa Nabilah JKT48 pernah bohong? Hehehe!
..
…
…
…
..
..
…..
..
…….
.
..
.
…..
..
…
.
..
…
……
.
……
…
….
…
….
..
.
….
….
……
.
….
….
..
….
.
.
..
..
….
..
….
.
….
….
..
….
.
.
..
..
Sudah nyerah? Baiklah.. saya akan coba buat sebuah pernyataan yang pasti benar. Tapi.. syaratnya.. nanti kalau saya kasih tahu ke Anda, Anda jangan berkecil hati yaa. Baiklah. Begini. Pernyataan yang pasti benar adalah:
Yang pasti ada yang membekasi!
Udah, gitu.
"Lhoh? Udah Dan? Gitu aja?"
Iya, udah. Gitu aja. Kenapa emangnya? Kan bener kan pasti ada yang membekasi?
Ketahuilah, sejatinya, jelas, itulah pernyataan yang pasti! Kalau Anda mau menuntut yang lebih dari itu, maka tidak pasti. Kecuali memang indera kita memungkinkan untuk mengindera lebih.
Sama halnya ketika Anda melihat artikel ini. Pernyataan yang pasti benar atas ghaibnya masa lalu artikel ini adalah: pasti ada yang menulisnya. Kalau mau bahas yang lain, nggak pasti (kecuali memang indera kita memungkinkan untuk mengindera lebih). Misalnya:
- Siapa yang nulis artikel ini? Apa bener yang menulis artikel ini si Dani? Jangan-jangan Ustadz Felix yang nulis? Berarti nggak pasti yang nulis artikel ini si Dani! Jaiz aqli.
- Artikel ini dibuat pakai software apa? Apa pakai MS Power Point? Atau MS Word? Atau software khusus? Mungkin benar, mungkin salah. Jaiz aqli.
- Artikel ini dibuat pakai laptop merk apa? Asus? Axioo? Toshiba? Wah, lebih nggak pasti lagi kalau mau dibahas.
Yang pasti itu: artikel ini ada yang nulis. Nggak mungkin tiba-tiba “CRING!” ada aja gitu, siap untuk di-download. Right? Semua manusia, pasti juga membenarkan 100% pernyataan yang pasti benar ini.
Sama juga dengan suara kucing tadi. Kita tidak tahu apakah memang ada kucing di Kamar si Dani, atau itu suara laptopnya, atau suara sang OB. Yang pasti: ada kedengeran suara. Right? Semua manusia, pasti juga membenarkan 100% pernyataan yang pasti benar ini.
Tuhan itu Pasti Ada
Sebetulnya, untuk apa kita membahas kebenaran hal yang ghaib ini? Untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Coba Anda lihat alam semesta ini. Betapa luar biasanya kausalitas yang ada:
- Ada aturan dimana api bisa padam bila disiram dengan air, namun bisa semakin membara bila disiram minyak.
- Ada laki-laki dan perempuan, yang berpasangan. Kemudian sperma laki-laki bisa masuk ke dalam tubuh perempuan, sambil membawa anti-racun supaya sperma tersebut tidak hancur dikarenakan racun yang ada di tubuh perempuan.
- Bagaimana planet, bintang, semuanya sama-sama berputar sangat teratur. Bila tergeser sedikit saja dari orbitnya, hancurlah semua.
- Dan masih banyak lagi
Anda perhatikanlah itu semua. Semuanya disusun dengan algoritma yang sangat rapih dan teratur. Mungkinkah itu semua ada aja gitu tiba-tiba “CRING!”? Atau, ada Sang Pencipta yang menciptakan dunia ini?
Dengan begini, pastilah Anda akan menjadi orang yang mempercayai adanya (eksistensi) Sang Pencipta. Tidak mungkin Anda menjadi atheis. Kalau masih ada orang yang atheis, berarti dia masih memiliki pemikiran kelas dasar. Belum punya pemikiran kelas menengah.
Soal bagaimana caranya Tuhan melihat, pakai apa, itu nggak tahu kita. Karena nggak ada penjelasan yang pasti soal detail rupaNya Tuhan dan teknis proses kerjaNya Tuhan. Termasuk juga soal Arsy-Nya, itu kita nggak tahu kepastian rupanya gimana, dan cara mendudukinya gimana, nggak tahu. Karena itu semua ghaib.
Yang pasti itu: manusia itu punya keterbatasan. Banyak hal yang tak bisa diindera dan dipahaminya, termasuk, rupa dan kehendak Tuhan.
Yah, begitu saja. Jangan seperti orang filsafat geje yang suka mencoba mengindera hal-hal ghaib. Kalau disini ada orang filsafat, mungkin dia bakal sok-sok tahu membahas yang lain:
- Hmm.. ini bekas telapak kudanya warna hitam.. Berarti warna kudanya putih..
- Hmm.. ini bekas telapak kudanya rapih.. Berarti yang nunggangi perempuan..
- Hmm.. ini bekas kudanya mendalam.. Berarti yang nunggangi orang gendut..
Nggak mikir tuh.. -_- Sangkin pinternya, jadinya suka nambah-nambahin yang nggak ada. Hehehe! Salah satu kesalahan terbesar mereka adalah: tergesa-gesa bulat-bulat menyimpulkan hal yang masih hipotesis, dan bulat-bulat menafikan hal yang masih hipotesis. Nggak sabaran. Jadinya, yang tadinya akal itu alat untuk mencari kebenaran, malah menjadi sumber kebenaran. Akhirnya yang bikin males kalau diskusi dengan orang-orang begitu, mereka bakal bilang kebenaran itu nisbi, relatif.
Bersambung....
Insya Allah kita akan lanjutkan pembahasan ini, dalam artikel selanjutnya, yang berjudul Panduan Cara Mengetahui Benar-Salahnya Keharusan.