Walau Sedang di Negara Islam ataupun Bukan, Kita Tetap Wajib Terikat Hukum Syara'

Walau Sedang di Negara Islam ataupun Bukan, Kita Tetap Wajib Terikat Hukum Syara'

"Ini kan bukan Negara Islam!" pernyataan tersebut sering dijadikan alasan untuk mengibiri pengamalan syariat Islam. Seperti misalnya syariat Islam berupa:
  • Haramnya pemimpin kafir
  • Haramnya sistem ekonomi ribawi seperti bunga hutang, asuransi, dll
  • Haramnya prostitusi
  • Haramnya peredaran khamr
  • Wajibnya pengelolaan SDA oleh negara
  • Wajibnya jihad
  • Wajibnya hudud
  • Wajibnya membayar zakat, yang membangkang tak bayar zakat maka harus dipaksa
  • Dan sebagainya
Orang-orang yang mengatakan seperti itu mungkin lupa atau sengaja menutup-nutupi, bahwa hukum asal setiap perbuatan manusia harus terikat dengan hukum syara'. Bahkan saat keluar dari Bumi saja, saat sedang berada di Bulan atau planet Mars misalnya, itu juga ada fiqihnya.

Tidak lepas dari tempat dan waktu, tujuan hidup kita tetaplah bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, kapan pun dan di mana pun. Baik saat sedang tidak ada negara Islam Khilafah, maupun saat dulu masih ada Negara Islam Khilafah tersebut, maupun saat nanti ketika sudah ada kembali.
رِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui."

[QS. Al-Jaatsiyah: 18]
Setiap perbuatan kita itu ada status hukumnya. Baik itu urusan individu, urusan kelompok, maupun urusan bernegara. Semuanya ada hukumnya. Nggak ada perbuatan yang nggak ada hukumnya.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ

"Kami telah menurunkan al-Kitab (al-Quran) ini kepadamu (Muhammad) untuk menjelaskan segala sesuatu."

[QS. An-Nahl: 89]
Makanya setiap perbuatan kita itu pasti akan dimintai pertanggungjawabnnya di Akhirat kelak. Semua lho yah, bukan sebagian saja. Bukan hanya kelakuan kita saat menyendiri, namun juga perlakuan kita terhadap orang lain. Termasuk kebijakan politik dan eksekusinya, itu semua juga akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di Akhirat.
فَوَرَبِّكَ لَنَسْـَٔلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ.عَمَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

"Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu."

[QS. Al-Hijr: 92-93]
Maka dari itu, pastikanlah setiap perbuatan kita itu di-ridhai Allah. Jangan sampai kita terus-terusan melakukan hal-hal yang tidak di-ridhai Allah. Sederhananya, bertaqwa. Yakni menjalankan semua perintah Allah, dan menjauhi semua laranganNya. Itulah syariat Islam.

"Kalau nggak mau pakai syariat Islam dalam hal politik kenapa emangnya? Urusan individu aja!" Lah emang atas dasar apa boleh pilah-pilih sebagian syariat aja yang diadopsi, sebagian yang lain ditinggalkan? Apa dasar argumentasinya? Justru kalau begitu, nanti kena ancaman Allah berikut ini.
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتٰبِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا جَزَآءُ مَن يَفْعَلُ ذٰلِكَ مِنكُمْ إِلَّا خِزْىٌ فِى الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا ۖ وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰٓ أَشَدِّ الْعَذَابِ ۗ وَمَا اللّٰـهُ بِغٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Kitab itu dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.


[QS. Al-Baqarah: 85]
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ادْخُلُوا۟ فِى السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.


[QS. Al-Baqarah: 208]
إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ ِللهِ
Sesungguhnya menetapkan hukum hanyalah hak Allah.

[QS. Yusuf: 40]
فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ
Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.

[QS. Al-Maidah: 48]
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Barangsiapa yang tidak menetapkan hukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

[QS. Al-Maidah: 44]
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Barangsiapa yang tidak menetapkan hukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim.

[QS. Al-Maidah: 45]
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Barangsiapa yang tidak menetapkan hukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasiq.

[QS. Al-Maidah: 47]
Nah lhoh! Masih berani mau menelantarkan sebagian hukum-hukum Allah yang persoalan politik hanya karena saat ini sedang tidak di Negara Islam? Emangnya Api Neraka itu adem apa ha?

Oleh karena itu, pun termasuk persoalan politik, kita juga harus merujuk pada syariat Islam.

Adapun sekiranya suatu negara -misalnya Indonesia- tidak kompatibel dengan syariat Islam, maka kenapa tidak negara itu kita ubah saja menjadi negara Islam? Lagian memang sejatinya syariat Islam hanya kompatibel diterapkan pada negara Islam Khilafah.

Sumber gambar: Pixabay.com

My Instagram