2 min Reading
Kalau kita dikritik orang, terus kata-katanya sesuai dengan hukum syara', anggaplah Allah yang mengkritik. Bukan dia. Supaya kita nggak ngelawannya, terus ngaku salah, dan akhirnya ada perbaikan di diri kita. Karena kalau ngaku salahnya uda di Padang Mahsyar, ga ada gunanya lagi.
Lagian, siapa bilang ada orang yang dia itu nggak pernah mau ngaku salah? Semua orang, pasti punya karakter mau ngaku salah, serta kemauan untuk memperbaiki diri.
Cuman, memang ada 2 tipe orang yang mau ngaku salah. Pertama, yang ngaku salahnya di Dunia. Kedua, yang ngaku salahnya di Akhirat.
“Hisablah diri kalian, sebelum kalian dihisab oleh Allah Swt kelak. Bersiaplah menghadapi Hari Perhitungan yang amat dahsyat. Sesungguhnya hisab pada Hari Kiamat akan terasa ringan bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia.”[Khalifah Umar bin Khattab]
Pertanyaannya, gimana caranya kita bisa menghisab diri, kalau kita ndak paham hukum syara', ndak tahu mana halal/haram? Tak lain tak bukan, satu-satunya cara yg harus kita lakukan adalah: thalabul 'ilmi. Yakni, pelajari ilmu-ilmu Islam. Kemudian setia mempraktekkannya, seikhlas-ikhlasnya.
Kan, memang, mempelajari tsaqofah Islam itu fardhu 'ain hukumnya. Wajib bagi tiap individu. Kalau non-tsaqofah, wajib bagi sebagian individu aja.
BarakAllah.. :)
Kan, memang, mempelajari tsaqofah Islam itu fardhu 'ain hukumnya. Wajib bagi tiap individu. Kalau non-tsaqofah, wajib bagi sebagian individu aja.
BarakAllah.. :)