6 min Reading
Beberapa hari yang lalu, teman saya membawa oleh-oleh berupa makanan-makanan dari luar negeri. Nah, diantara makanan-makanan dari luar negeri tersebut, tiba-tiba ada sebuah makanan yang tidak asing. Tidak lain dan tidak bukan, ternyata makanan tersebut gampang ditemukan di Indonesia. Lalu, salah seorang dari kami penasaran dengan makanan tersebut, dan membaca keterangan kemasan makanan tersebut.
Kemudian dia pun kaget, "WADUH! Ternyata ini produk (salah satu nama negara) ya? Aku kirain produk Indonesia! Wah, gawat ini.. Nggak bisa begini.. Lihat aja nanti, aku buat perusahaan yang lebih bagus daripada ini.."
Spontanlah saya menggeleng-gelengkan kepala, emangnya kenapa kalau ini produk dari (salah satu nama negara)? Cobalah kalau kita berpikir dengan jernih, maka kita akan dapat, kenapa sih, kita suka nggak senang kalau negara luar lebih hebat daripada Indonesia? Kenapa negara lain selain Indonesia itu harus dibenci? Mereka salah apa? Apa mereka setan? Apa mereka musuh Allah? Kenapa kita harus membela sebagian manusia saja, hanya karena satu negeri? Egois!
Belum lagi bahas soal bahwa kita tidak diharuskan untuk menolong orang-orang luar negeri yang tersiksa. Malahan ada pula perilaku yang sinis dilontarkan kepada kita, kalau kita hobi menolong seseorang, yang orang itu adalah orang luar negeri. Seolah-olah, yang namanya teman dan saudara hanyalah orang Indonesia, sedangkan orang luar negeri adalah musuh. Padahal satu aqidah.
Nationalism is a sense of national cosciousness exalting one nation above all others...[Webster Dictionary]
Kasus ini cocok dengan yang digambarkan dalam kamus Webster, yang isinya, "Nasionalisme adalah satu perasaan untuk mengagungkan satu bangsa di atas bangsa-bangsa yang lain."
Sejenak, mari kita bernostalgia dulu. Yakni, nostalgia perjalanan seorang manusia yang terbaik, Nabi Muhammad, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Pertama kali Rasul dapat wahyu Islam, beliau langsung beritahu kejadian tersebut ke istrinya, Khadijah. Lalu, beliau lanjut memberitahukan ajaran Islam kepada Abu Bakar, dan terus memberitahukan ajaran Islam kepada orang-orang terdekat beliau. Hingga ke depannya, diadakan rutinitas berupa pengkaderan dan pembinaan sahabat-sahabat, untuk membentuk kepribadian Islam mereka (Syakhsiyah Islaamiyah).
Setelah terbentuk beberapa pengemban dakwah, Rasul dan para sahabat mulai mengkampanyekan Islam kepada orang-orang di Mekkah. Meski memang, malah banyak yang menolak ide agama Islam tersebut.
Lalu, beberapa waktu ke depan, beliau hijrah ke Madinah. Dan di Madinah tersebutlah, agama Islam yang dibawakan Rasul, diterima banyak orang-orang di sana. Bahkan, orang-orang yang memilki kekuasaan di sana pun menerima Islam. Hingga akhirnya, seperti yang kita ketahui, Rasulullah membangun Daulah Islam Nabawiyah.
Dan negeri Islam yang dibangun Rasul ini semakin berkembang, mulai dari tahun 623 Masehi, sampai dilanjutkan dengan Daulah Khilafah Islamiyah, hingga luas negerinya mencapai 20.000.000 Kilometer persegi. Waw!
Saat Negeri Islam Hancur..
Sayangnya, hal itu tak berlangsung lama. Sekitar tahun 1924 Masehi, negara yang paling maju di Dunia saat itu, tiba-tiba menjadi hancur. Pecah menjadi negara-negara kecil, yang kita kenal dengan nama Indonesia, Malaysia, Arab Saudi, Turki, Iran, Irak, Mesir, Palestina, Suriah, dan lain-lainnya. Dan pada saat itu pulalah, negeri barat jadi maju, seperti sekarang ini.
Kok bisa? Begini cerita awalnya..
Peradaban Islam bisa runtuh, karena faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internalnya, insya Allah kita bahas di artikel lain. Karena fokus pembahasan artikel ini adalah nasionalisme, maka saya hanya akan membahas salah satu faktor eksternalnya, yakni nasionalisme. Iya, karena virus ide nasionalisme, Negara Islam jadi runtuh! Yang pada saat itu, dibawakan oleh orang Barat di Inggris dan di Prancis, ke Syam yang di Arab, serta Turki di Eropa.
Jauh sebelum hal itu terjadi, awal-awalnya banyak mahasiswa-mahasiswa dari Turki yang kuliah di Prancis, udah sering dicekoki virus ide nasionalisme tersebut. Tidak lain dan tidak bukan, "sponsornya" adalah Freemason Yunani.
Besok-besoknya, mahasiswa ini membentuk sebuah geng Jong Turk (Fatat At-Turk). Kemudian mereka memperkenalkan ide nasionalisme ini. Dan sialnya, ide mereka berhasil diterima. Meski memang, awalnya Abdul Hamid II sudah 'berusaha mati-matian' juga mempertahakan Khilafah. Soalnya, musuh beliau banyak banget. Bayangin aja; mulai dari Orang Nasionalis, Nasrani, Inggris, Prancis, Yahudi Zionis, bahkan syaikhul yang berkhianat.
Ngelihat keberhasilan ini, si Bos dari Inggris pun tertawa-tawa jadinya. Kesenengan dia. Soalnya, sampai-sampai masyarakat Arab jadi memberontak pada Khilafah. Mereka lebih cinta dengan Barat. Akhirnya, Prancis dan Inggris memotong-motong wilayah Arab, sehingga mereka bisa sharing-sharing wilayah. Makanya Prancis jadi dapet Aljazair, Lebanon, Sundan, Syria, dan Tunisia. Sedangkan si Inggris, lumayanlah, dapet sebagian potongan wilayah Khilafah Utsmani.
Bendera Nasional, Bendera Geje
Satu hal yang perlu dicatat baik-baik, nasionalisme ini disimbolkan dengan: bendera. Iya, bendera.
Makanya, jangan sembarang bangga dengan bendera-bendera nasionalisme yang geje-geje tersebut.
Hm, mungkin Anda belum mengerti. Kalau begitu, saya kasih tahu. Bendera itu simbol perjuangan seseorang, hingga stamaninya, duitnya, dan waktunya jadi terkuras. Itu adalah lambang dari apa yang dikejar-kejar dan dibela-bela oleh seseorang, selama ia hidup.
Maka dari itu, janganlah kita asal memperjuangkan bendera geje. Seharusnya, kita hanya memperjuangkan bendera yang jelas saja, yang notabene layak diperjuangkan. Yakni berdera Islam, yang mana di situ tertulis kalimat syahadat. Kalimat syahadat, itulah simbol hidup kita.
Lagian, dari pas masih anak-anak, saya udah punya intuisi bahwa kurang sreg ngelihat banyak bendera-bendera begitu.. Udah ada perasaan kurang enak gitulah..
Ternyata pas udah mulai ngaji, dan mendalami fakta Sejarah, barulah saya paham. Kemudian ketidaksukaan pada bendera geje tersebut bukan sekadar karena intuisi, melainkan karena argumentasi syar'i. Yakni ternyata yang namanya nasionalisme, itu penyempitan cinta. Nasionalisme, membuat kita hanya cinta pada yang satu bangsa, satu ras, satu tanah air. Luar dari itu....
Akibatnya...
Bahasa sederhananya: merusak ukhuwah islamiyyah.
Makanya jangan heran bila ada orang yang tidak senang bila kita terlalu berlebihan membahas persoalan Palestina.
Lagi pula, sebetulnya ikatan nasionalisme ini lemah. Hanya menguat, bila ada ancaman dari pihak luar saja. Begitu ancamannya berkurang, maka ikatan ini pun mulai meredup. Sampai ancaman dari luar menghilang, maka ikatannya pun lenyap (Wikipedia).
Makanya, jangan mau mengangkat bendera-bendera geje. Jangan mau berjuang atas dasar nasionalisme. Disuruh gimana pun, pokoknya nggak mau. Kenapa? Lah! Apa-apaan itu! Nggak menggambarkan siapa kita ini! Kita ini muslim!
Hari Gini Menyombongkan Indonesia? Apa Kata Rasulullah?
Sejenak, mari kita bernostalgia dulu. Yakni, nostalgia perjalanan seorang manusia yang terbaik, Nabi Muhammad, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Pertama kali Rasul dapat wahyu Islam, beliau langsung beritahu kejadian tersebut ke istrinya, Khadijah. Lalu, beliau lanjut memberitahukan ajaran Islam kepada Abu Bakar, dan terus memberitahukan ajaran Islam kepada orang-orang terdekat beliau. Hingga ke depannya, diadakan rutinitas berupa pengkaderan dan pembinaan sahabat-sahabat, untuk membentuk kepribadian Islam mereka (Syakhsiyah Islaamiyah).
Setelah terbentuk beberapa pengemban dakwah, Rasul dan para sahabat mulai mengkampanyekan Islam kepada orang-orang di Mekkah. Meski memang, malah banyak yang menolak ide agama Islam tersebut.
![]() |
Luas Wilayah Daulah Khilafah: 20.000.000 Km persegi |
Dan negeri Islam yang dibangun Rasul ini semakin berkembang, mulai dari tahun 623 Masehi, sampai dilanjutkan dengan Daulah Khilafah Islamiyah, hingga luas negerinya mencapai 20.000.000 Kilometer persegi. Waw!
Saat Negeri Islam Hancur..
Sayangnya, hal itu tak berlangsung lama. Sekitar tahun 1924 Masehi, negara yang paling maju di Dunia saat itu, tiba-tiba menjadi hancur. Pecah menjadi negara-negara kecil, yang kita kenal dengan nama Indonesia, Malaysia, Arab Saudi, Turki, Iran, Irak, Mesir, Palestina, Suriah, dan lain-lainnya. Dan pada saat itu pulalah, negeri barat jadi maju, seperti sekarang ini.
Kok bisa? Begini cerita awalnya..
Peradaban Islam bisa runtuh, karena faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internalnya, insya Allah kita bahas di artikel lain. Karena fokus pembahasan artikel ini adalah nasionalisme, maka saya hanya akan membahas salah satu faktor eksternalnya, yakni nasionalisme. Iya, karena virus ide nasionalisme, Negara Islam jadi runtuh! Yang pada saat itu, dibawakan oleh orang Barat di Inggris dan di Prancis, ke Syam yang di Arab, serta Turki di Eropa.
Jauh sebelum hal itu terjadi, awal-awalnya banyak mahasiswa-mahasiswa dari Turki yang kuliah di Prancis, udah sering dicekoki virus ide nasionalisme tersebut. Tidak lain dan tidak bukan, "sponsornya" adalah Freemason Yunani.
Besok-besoknya, mahasiswa ini membentuk sebuah geng Jong Turk (Fatat At-Turk). Kemudian mereka memperkenalkan ide nasionalisme ini. Dan sialnya, ide mereka berhasil diterima. Meski memang, awalnya Abdul Hamid II sudah 'berusaha mati-matian' juga mempertahakan Khilafah. Soalnya, musuh beliau banyak banget. Bayangin aja; mulai dari Orang Nasionalis, Nasrani, Inggris, Prancis, Yahudi Zionis, bahkan syaikhul yang berkhianat.
Ngelihat keberhasilan ini, si Bos dari Inggris pun tertawa-tawa jadinya. Kesenengan dia. Soalnya, sampai-sampai masyarakat Arab jadi memberontak pada Khilafah. Mereka lebih cinta dengan Barat. Akhirnya, Prancis dan Inggris memotong-motong wilayah Arab, sehingga mereka bisa sharing-sharing wilayah. Makanya Prancis jadi dapet Aljazair, Lebanon, Sundan, Syria, dan Tunisia. Sedangkan si Inggris, lumayanlah, dapet sebagian potongan wilayah Khilafah Utsmani.
Bendera Nasional, Bendera Geje
![]() |
Bendera Nasional, Bendera Geje |
![]() |
Bendera Rasulullah |
Makanya, jangan sembarang bangga dengan bendera-bendera nasionalisme yang geje-geje tersebut.
Hm, mungkin Anda belum mengerti. Kalau begitu, saya kasih tahu. Bendera itu simbol perjuangan seseorang, hingga stamaninya, duitnya, dan waktunya jadi terkuras. Itu adalah lambang dari apa yang dikejar-kejar dan dibela-bela oleh seseorang, selama ia hidup.
Maka dari itu, janganlah kita asal memperjuangkan bendera geje. Seharusnya, kita hanya memperjuangkan bendera yang jelas saja, yang notabene layak diperjuangkan. Yakni berdera Islam, yang mana di situ tertulis kalimat syahadat. Kalimat syahadat, itulah simbol hidup kita.
Rayahnya (panji peperangan) Rasul Saw berwarna hitam, sedang benderanya (liwa'nya) berwarna putih.[HR. Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah]
Panji Rasulullah Saw berwarna hitam, berbentuk segi empat dan terbuat dari kain wol.[HR. Tirmidzi]
Sesungguhnya Rasulullah Saw masuk ke kota Makkah pada saat pembebasan Makkah, sementara Liwa’ (bendera) Beliau berwarna putih.[HR. Ibn Majah dari Jabir]
Barang siapa yg berperang dibawah bendera ketidakjelasan, ia berperang karena kefanatikan & marah karena kefanatikan, maka terbunuhnya adalah terbunuh secara jahiliyah...[HR. Nasai No. 4046]
Ternyata pas udah mulai ngaji, dan mendalami fakta Sejarah, barulah saya paham. Kemudian ketidaksukaan pada bendera geje tersebut bukan sekadar karena intuisi, melainkan karena argumentasi syar'i. Yakni ternyata yang namanya nasionalisme, itu penyempitan cinta. Nasionalisme, membuat kita hanya cinta pada yang satu bangsa, satu ras, satu tanah air. Luar dari itu....
"EGEPE~ EGEPE~ EGEPE~, Sorry Sorriiy ajeee~ Emang lo pikir, elo siape?"
Bahasa sederhananya: merusak ukhuwah islamiyyah.
Makanya jangan heran bila ada orang yang tidak senang bila kita terlalu berlebihan membahas persoalan Palestina.
Lagi pula, sebetulnya ikatan nasionalisme ini lemah. Hanya menguat, bila ada ancaman dari pihak luar saja. Begitu ancamannya berkurang, maka ikatan ini pun mulai meredup. Sampai ancaman dari luar menghilang, maka ikatannya pun lenyap (Wikipedia).
Makanya, jangan mau mengangkat bendera-bendera geje. Jangan mau berjuang atas dasar nasionalisme. Disuruh gimana pun, pokoknya nggak mau. Kenapa? Lah! Apa-apaan itu! Nggak menggambarkan siapa kita ini! Kita ini muslim!
![]() |
Ukhuwah Islamiyyah VS Nasionalisme |
Silahkan cek buku-buku:
- Al-Jam‘iyah al-Islâmiyyah wa al-Fikrah al-Qawmiyyah, Dar asyu-Syuruq, 1414-1994, karya Dr. Muhammad Imarah.
- Al-Mujtama‘ al-Islâmi al-Mu‘âshir, Al-Wafa’ I/59, karya Dr. Jamal Abdul Hadi.
- Islam dan Negara: Eksperimen dalam Masa Modern, karya Azyumardi Azra.
- Ittijâhât Wathaniyah, karya Muhammad Muhammad Husain.
- Sulthan Abdul Hamid dan Khilafah Utsmaniah, karya Muwafiq Bani Marjah.
- Târîkh al-Islâm, VIII/233, karya Mahmud Syakir.
- Târîkh Islâm, Al-Maktab Islami, 1991 M, VIII/122, karya Mahmud Syakir.
- Târîkh Islâm Dawlah Utsmaniyah, karya Mahmud Syakir.